- Andalan Stable Jakarta Raih Prestasi di Pacuan Kuda Lanud Padang
- Petenis Meja Pelajar Sawahlunto Ikuti POPDA di Padang
- Ini Sebab Dandim 0310/SSD Beri Penghargaan Wawako dan Tokoh Agama Sawahlunto
- Di Purbalingga Hasil Bulan Dana PMI Masa Pandemi Rp 688.103.500
- Isi 2 Jabatan Kosong dan Gantikan 2 Pejabat, Bupati Tunjuk Pelaksana Tugas
- Sejumlah Oknum Wartawan Diduga Takuti Proyek dengan Korp Adhiyaksa
- Dampak Terkini Siklon Tropis Seroja Akibatkan 8.424 Warga NTT Mengungsi
- Wapres Ingatkan Pentingnya Vaksinasi dan Pengelolaan Pasar Rakyat
- Antisipasi Masuknya Narkoba, Rutan Sawahlunto Dirazia
- Dua Kuda Andalan Stable DKI Jakarta Berpacu di Gelanggang Lanud Sutan Sjahrir Padang
Sejarah Tabuik di Pariaman
Oleh : Nurul Haq Adita

Keterangan Gambar : Istimewa
Di
Sumatera Barat, lebih tepatnya di Pariaman. Disana masyarakat selalu
melaksanakan pesta tabuik pada pertigaan awal bulan Muharram. Hal ini sudah
tidak asing lagi bagi masyarakat Sumatera Barat. Pesta tabuik ini, konon didasari sejarah
Islam.
Sepeninggal
Nabi Muhammad SAW secara berturut-turut diangkat empat orang Khalifah. Abu
Bakar Siddiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Ali bin
Abi Thalib dibunuh dalam perjalanan ke Mesjid. Sewafat beliau, pengikutnya menobatkan
Hassan sebagai pemimpin. Hassan adalah anak dari Ali bin Abi Thalib dengan
Fatimah binti Muhammad.
Baca Lainnya :
- Aset KPN Agam Rp39,6 M, Andriwarman: Beri Kebaikan Untuk Seluruh Anggota
- Bersihkan Taman Mangrove, Upaya Koramil Singkawang Jaga Kelestarian Alam
- Gubernur Sumbar Harapkan Walikota dan Wawako Jaga Keharmonisan Pemerintan
- Dayah MTs Nurul Quran Meujimjim Gratiskan 25 Anak Yatim
- Gampoeng Cotbatee Juara Lomba UP2K Tingkat Kecamatan Kuala
Tapi
itu semua tidak berjalan lama, Hassan diracun oleh para pengikut Yazid bin
Muawiyah. Lalu Hussein adiknya Hassan tampil untuk menuntut balas kematian
saudaranya dan menegakkan kehormatan keluarganya. Dalam perjalanan menuju
Damaskus pusat pemerintahan Yazid. Maka terjadilah Perang Karbala pada tanggal
1 hingga 10 Muharram 61 Hijriah.
Sayangnya,
Hussein terkena anak panah dari musuh. Dengan permintaan terakhir Hussein
seusai sholat Jum’at, dia dieksekusi di halaman Masjid Damaskus dengan leher
yang dipancung. Hal ini meninggalkan duka yang amat besar.
Jenazah
Hussein diselamatkan oleh para malaikat yang turun dari langit. kepingan-
kepingan jasadnya disatukan, dimasukkan ke dalam sebuat peti kayu diterbangkan
ke langit oleh buraq. Pada saat itulah seorang pengikut Syiah berkebangsaan
Cipei Atau Sipahi yang berasal dari India membuat model arakan seperti apa
adanya. Tabuik, yang harus diarak berkeliling wilayah desa/kota setiap 10
Muharam.
Kebangsaan
Cipei membawa tradisi ini ke Bengkulu dengan nama Tabot. Pesta tabot ini
berkembang ke Pariaman, Sumatera Barat. Pada sebelumnya bangsa Cipei memilih jalan
yang membuat mereka terdampar di Pariaman, yaitu yang dulunya pusat pelayaran
dan perniagaan di jalur pesisir barat Sumatera. Dilanjutkanlah pada pumukiman
mereka yang baru di Pariaman.
Sejalannya
waktu pada perkembangan zaman, tabuik pun mengalami perubahan. Disamping hal
ritual kegamaan, dan sekrang terdapat nilai sosial kemasyarakatan, seni dan
permainan rakyat. Dan digelar tidak hanya di Pariaman saja, tetapi sudah
menyebar ke kota-kota lain seperti Padang.
Prosesinya,
meliputi tanggal 1 Muharram. Pada hari ke-5 Muharram menebang batang pisang.Pada
hari ke-7 mengarak jari-jari pada malam hari. Hari ke-8 ritual mengarak sorban.
Selanjutnya puncak dari acara 10 Muharram pada waktu shubuh tabuik naik pangkek
dilanjutkan pada pagi hari mahoyak tabuik, dan selanjutnya menjelang maghrib
membuang tabuik ke laut.
Sementara
pesta tabuik ini diiringi musik tradisional seperti tabuik lenong, tasa,
gendang. Dalam mengiringi pemusik serta
penonton sering meneriakkan “Hoyyak Hussein” berkali-kali yang berasal dari
kata Hassan dan Hussein. (*)
