- Aset KPN Agam Rp39,6 M, Andriwarman: Beri Kebaikan Untuk Seluruh Anggota
- Andriwarman-Irwan Fikri Resmi Jabat Bupati-Wakil Bupati Agam
- Mulai 22 April 2021, Bandara JBS Beroperasi
- Bersihkan Taman Mangrove, Upaya Koramil Singkawang Jaga Kelestarian Alam
- Gubernur Sumbar Harapkan Walikota dan Wawako Jaga Keharmonisan Pemerintan
- TP-PKK Diharapkan Ajak Masyarakat Lakukan Disiplin Prokes
- Usai Dilantik, Bupati dan Wabup Prioritaskan Benahi 3 Persoalan Ini
- Dayah MTs Nurul Quran Meujimjim Gratiskan 25 Anak Yatim
- Gampoeng Cotbatee Juara Lomba UP2K Tingkat Kecamatan Kuala
- Satgas Himbau Penyelenggaraan Vaksinasi Ikuti Sasaran Prioritas
Inilah Sosok Alwisral Imam Zaidallah, ASN Penulis 17 Buku

WARTA ANDALAS, AGAM - Disela kesibukannya sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Agam, Drs. Alwisral Imam Zaidallah, M.Pd atau
yang akrab disapa Buya meluangkan waktunya untuk aktivitas menulis. Dalam kurun
waktu 32 tahun, Buya berhasil menulis 17 buku. Salah satu karya terbaiknya
sudah dicetak sebanyak 23 kali.
Ketekunan menulis Buya bermula ketika menulis skripsi untuk
menamatkan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bojol pada
tahun 1995. Saat itu, dirinya merasa tertantang untuk menghadirkan karya tulis
ilmiah yang berkualitas.
“Jadi ketika itu, saya pilih judul Pengelolaan Lingkungan
Hidup Menurut Konsepsi Alqur’an. Saat itu, dosen sedikit tercengang, serius
ingin menulis ini? Namun saya buktikan, hasilnya boleh dibilang memuaskan,”
ujarnya kepada AMC, Kamis (22/10).
Baca Lainnya :
- Tim Terpadu Agam Tindak Pelanggar Prokes di Pasar Baso
- Mendagri Ajak Waspadai Kenaikan Kasus Covid-19 Setelah Libur Panjang
- Disiplin Prokes, Pjs Bupati Agam Apresiasi Ponpes Sumatera Thawalib Parabek
- Peringati HSN ke-4, Kemenag Agam Gelar Tausiah
- Sumbar Kembali Raih Penghargaan TPID Terbaik se Sumatera
Buku pertama Alwisral Imam Zaidallah terbit pada tahun 1998
dengan judul 100 Khotbah Jumat Kontemporer jilid 1 dan 2. Buku yang menjadi
best seller di masa itu diterbitkan oleh Kalam Mulia dengan kata pengantar
ditulis Prof. Dr. Ir. H. Amien Rais, MA.
“Saat itu Bapak Amien Rais sangat populer sebagai bapak
reformasi. Alhamdulillah buku pertama saya kata pengantarnya dari beliau,
sehingga buku tersebut best seller dan sudah dicetak sebanyak 23 kali,” kenang
Buya.
Setahun berselang, skripsi yang ditulisnya semasa kuliah
diterbitkan Bumi Aksara. Di tahun yang sama, ia juga menulis buku Terapi Islam
Terhadap 20 Penyakit Kronis Rohani.
Dirinya mulai hijrah ke Kabupaten Agam pada tahun 1996.
Diangkat menjadi PNS pada tahun 2002. Dikatakan, aktivitas menulis tidak
mengganggu pengabdiannya sebagai PNS, sebab aktivitas menulisnya dilakukan pada
malam hari.
“Saya pernah menulis dua buku dalam waktu satu bulan ketika
masih jadi staf biasa, namun saat menjabat fungsional aktivitas tersebut tidak
seperti itu lagi, karena saya lebih mendahulukan pekerjaan kantor,” kata PNS
yang kini dipercaya sebagai Kepala Bidang Perpustakaan di Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan Kabupaten Agam ini.
Menurut pria kelahiran Pesisir Selatan 50 tahun silam ini,
menulis merupakan aktivitas untuk keabadian. Meski suatu saat kelak si penulis
sudah tidak lagi ada, karya-karyanya akan terus ada dan melekat diingatan
pembacanya.
Sosok Buya Hamka menjadi motivator baginya untuk terus
menulis. Bahkan secara gamblang dikatakan, obsesi dunia kepenulisannya ingin
menyamai tokoh idolanya itu.
PNS yang lebih dulu dikenal sebagai penceramah ini sempat
menaruh ‘iri’ dengan kepiawaian yang dimiliki Buya Hamka. Suatu ketika, ia
pernah berdoa agar Tuhan memberikan bakat yang sama kepada dirinya.
“Saya berdoa, ya Allah, Engkau menganugerahi Buya Hamka
kepandaian berbicara dan menulis, sementara saya hanya bisa berceramah saja,
jadi saya ingin juga bisa menulis ya Allah. Alhamdulillah doa saya itu
dikabulkan,” ujar Ketua Harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Agam
itu.
Dikatakan, hingga kini total buku yang sudah diterbitkannya
sebanyak 17 buku. 15 di antaranya merupakan buku bertajuk keagamaan, 2
merupakan buku biografi tokoh pemerintahan dan politik.
Bagi sosok penyuka olah raga catur ini, kunci produktif
menulis hanya ada satu, yakni melawan rasa malas. Bahkan 17 buku yang sudah
diterbitkannya itu, berawal dari tulisan tangan yang kemudian diketik ke mesin
ketik oleh istri tercinta, Masdalinda, S.Ag.
“Kemudian setelah melawan rasa malas, agar menulis kita bisa
lancar, perbanyaklah referensi kosa kata dengan cara rajin-rajin membaca,
minimal membaca koran,” ungkapnya.
Menurutnya, penulis itu sama halnya dengan juru masak. Jika
juru masak meramu bahan-bahan yang pas untuk menghasilkan masakan yang nikmat,
begitu juga dengan penulis yang meramu pengetahuan ahli yang disajikan ke dalam
satu buku.
“Intinya itu tadi, rajin-rajin membaca dan lawan rasa
malas,” ucapnya lagi.
Beberapa judul buku yang telah ditulisnya antara lain 100
Kotbah Jumat Kontemporer 1 (Kalam Mulia, Jakarta) terbit tahun 2000. 100 Kotbah
Jum’at Kontempurer 2 (Kalam Mulia, Jakarta) terbit tahun 2000.
Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Konsepsi Al-Qur an
(Bumi Aksara) terbit tahun 1999. Terapi Islam Terhadap 20 Penyakit Kronis
Rehani terbit tahun 1999. 30 Sifat Rasulullah SAW Yang Mulia (Kalam Mulia,
Jakarta) terbit tahun 2002.
Strategi Dakwah Dalam Membentuk Da’i Dan Khatib Profesional
(Kalam Mulia) terbit tahun 2002. Mutiara Asmaul Husna Dalam AlQuran (Kalam
Mulia, Jakarta) terbit tahun 2005.
Aristo Munandar Pemimpin di Hati Rakyat (sebuah Biografi)
terbit tahun 2005, Leonardy Harmainy Dekat Di Hati Rakyat Sebuah Biografi
terbit tahun 2008.
Saat ini, Alwisral Imam Zaidallah tengah menyiapkan sejumlah
buku yang akan diterbitkan dalam waktu dekat. Kedepan, dirinya berharap
intensitas menulisnya masih tetap bisa terjaga, sehingga bisa mengalahkan
jumlah buku yang ditulis idolanya.
“Ini saya pikir sejalan dengan gerakan literasi yang
dicanangkan bapak bupati, ASN juga bisa berkarya, salah satunya menjadi seorang
penulis. Semoga kedepan buku-buku saya bisa terbit lagi,” ujarnya mengakhiri. (dept/amc/h)
